12 August 2014

Bipolar Disorder

(Foto:Think Stock/Hongqi Zhang)

Bipolar disorder merupakan salah satu gangguan jiwa yang bersifat episodik. Bipolar disorder dipicu oleh ketidakseimbangan cairan kimia (neurotransmitter) di dalam otak. Akibatnya, otak yang berfungsi menyampaikan rangsangan (termasuk perasaan) bisa terganggu kinerjanya.

"Itulah kenapa dinamakan bipolar (dua kutub emosi). Suatu waktu bisa saja seseorang happy dan bersemangat, tapi di waktu yang tidak jauh berselang, seketika dia jadi murung," jelas psikolog Sani B Hermawan kepada Metrotvnews.com, Senin (11/8/2014).


Sementara itu, National Institute of Mental Health Amerika Serikat, menyebutkan, ada faktor internal maupun eksternal yang bisa memicu penyakit ini. Faktor internal mengacu pada gen. Dalam hal ini sebuah peneltian menyebutkan, semakin tua umur laki-laki ketika istrinya mengandung, maka semakin tinggi risiko anaknya terkena bipolar. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan mutasi gen yang mengatur perkembangan kelainan syaraf yang menyebabkan kelainan pada DNA.

Pada faktor eksternal, gangguan bipolar erat kaitannya dengan kehidupan masa lalu yang pernah dihadapi penderita. Dalam hal ini, pasien bipolar kemungkinan memiliki riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan, tekanan dari dalam diri maupun luar, atau pernah mengonsumsi narkoba dan sejenisnya.

Lebih lanjut, kelainan ini biasanya dimulai pada awal usia remaja atau pada akhir masa dewasa. Setengah dari semua kasus, dimulai sebelum usia 25 tahun.

Ada empat episode emosi yang bisa dirasakan para penderita bipolar disorder, di antaranya:

Mania
Pada episode ini, penderita seolah-olah memiliki rasa bahagia dan semangat yang luar biasa. Tak jarang, penderita pun mengalami kesulitan tidur karena merasa sangat produktif. Lebih ekstrem dari itu, mereka kadang berpikir tak membutuhkan orang lain karena rasa percaya diri yang berlebihan.

Hipomania
Tak jauh berbeda dengan mania. Meski demikan, pada episode hipomania, seorang bipolar akan merasa lebih tenang. Dalam hal ini, episode hipomania-lah yang paling sulit terdeteksi karena gejalanya tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang sedang bahagia, meskipun efeknya bisa sama seperti mania.

Depresi
Berbeda dengan mania dan hipomania, depresi digambarkan sebagai situasi murung yang penuh dengan tekanan. Jika tak tertangani dengan baik, penderita bipolar yang mengalami episode emosi ini bisa terjerumus ke hal-hal negatif, seperti bunuh diri.

Campuran
Pada episode ini, emosi mania dan depresi berkolaborasi menjadi satu. Contoh, ada seseorang yang sangat bersemangat dalam bercerita, namun yang dibicarakan hanya soal kejelekan dan hal-hal yang negatif.

Secara sederhana, bipolar dibagi menjadi dua tipe, yakni bipolar disorder I dan bipolar disorder II. Pada bipolar I, penderita banyak ditemukan mengalami episode manic. Sementara pada tipe II, penderita cenderung didominasi emosi pada episode depresi, dan tidak pernah mencapai manic.

Dalam perkembangan kasusnya, penelitian Dunner pada Journal Bipolar Disorder (2003) menyebutkan, prevalensi penderita bipolar tipe I cenderung sama pada pria dan wanita. Namun pada bipolar disorder tipe II, prevalensi penderita wanita jauh lebih banyak dibanding pria yakni 2:1. 
(Ros)







Judul asli : Marshanda Divonis Idap Bipolar Disorder, Penyakit Apa itu?
Oleh : Nia Deviyana - 11 Agustus 2014

No comments:

Post a Comment