15 January 2015

Layanan Keuangan Tanpa Bank bagi Masyarakat Miskin

PNPM-Perkotaan

Layanan Keuangan bagi Masyarakat Miskin Tanpa Bank dengan Teknologi Mobil Money 

Bagi masyarakat perkotaan mengirim uang ke luar kota bukanlah hal yang sulit. Jika uang di rekening tabungan memadai cukup datang ke ATM lalu melakukan transfer. Atau akan lebih mudah lagi jika kita sudah memiliki fasilitas SMS banking ataupun internet banking. Namun tidak demikian bagi saudara-saudara kita yang tinggal di pelosok, apalagi di pulau-pulau terpencil, di mana kantor bank dan ATM tidak ada. Meski sinyal HP ada, mereka sulit menikmati layanan SMS banking ataupun internet banking, karena mereka kesulitan menyimpan uangnya dalam rekening di bank. Masalahnya, untuk menabung saja mereka harus melakukan perjalanan yang jauh dan berbiaya (transportasi) tinggi.


Selain kesulitan mengirim uang, menerima kiriman uang pun menjadi sulit karena harus mengambil uangnnya di kantor pos ataupun bank di tempat yang jauh dan berbiaya mahal. Tak heran, dengan kondisi yang sulit seperti itu pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut menjadi kurang berkembang. Oleh karena itu perlu ada solusi, yaitu adanya mobile-money, misalnya seperti yang pernah dikembangkan di Kenya dengan M-Pesa.

M-Pesa terdiri dari “M” kepanjangan dari mobile dan “Pesa” dari bahasa Swahili yang artinya uang. M-Pesa dikembangkan oleh Safaricom, sebuah anak perusahaan komunikasi Vodafone di Kenya. Meskipun M-Pesa bukanlah pertama dan satu-satunya yang mengembangkan teknologi mobile-money, tapi dinilai banyak pihak sebagai yang paling berhasil. Khususnya dalam meningkatkan akses penduduk miskin terhadap layanan keuangan.

Dengan M-Pesa, layanan keuangan dalam hal menabung, menarik tabungan dan mengirim uang tidak memerlukan bank, namun cukup HP dan agen M-PESA. Agen M-Pesa mudah didirikan tidak seperti kantor cabang sebuah bank yang memerlukan investasi besar dan perizinan rumit. Karenanya, agen M-Pesa dapat segera menyebar dengan luas sehingga mampu melayani masyarakat-masyarakat di tempat yang terpencil.

Untuk memiliki rekening M-Pesa, cukup mendaftar di agen-agen M-Pesa terdekat. Rekening tersebut bisa kita isi dengan menukar uang dengan uang virtual yang disebut dengan “e-float”. Setelah mengisi rekening M-Pesa dengan sejumlah nilai uang itulah kita dapat melakukan pengiriman uang, pembayaran dan lain-lain hanya dengan cara ber-SMS. Bila kita butuh uang tunai, cukup dengan menukarkan nilai “e-float” yang ada di HP kita dengan uang tunai. Demikianlah, tanpa kantor bank, tanpa kartu tabungan, tanpa ATM, masyarakat terpencil bisa mendapatkan layanan keuangan.

Dengan adanya mobile-money model M-Pesa maka keuntungan yang didapatkan masyarakat miskin, khususnya pengusaha mikro, adalah sebagai berikut. Pertama, mobil money, seperti halnya M-Pesa, bukanlah internet banking ataupun phone-banking. Karena dua hal tersebut membutuhkan pembukaan rekening di bank. Mobile-money tidak perlu membuka rekening di bank. Yang diperlukan hanya HP. Pembukaan rekening tabungan di Bank membutuhkan persyaratan rumit dan saldo minimum yang mungkin memberatkan masyarakat miskin di tempat terpencil.

Kedua, menghemat ongkos transportasi karena tidak harus ke bank ataupun ATM untuk melakukan transaksi.

Ketiga, kalaupun perlu transaksi tunai cukup datang ke agen yang memungkinkan tersebar luas sampai ke tempat-tempat terpencil.

Keempat, bisa transaksi kapan saja di mana saja, sehingga pengusaha mikro tidak perlu meninggalkan pekerjaannya hanya untuk sekedar transaksi.

Kelima, membuka lapangan kerja baru dengan adanya agen-agen mobile-money. Sebagai contoh di Kenya keagenan M-Pesa mampu menyerap 16.000 tenaga kerja

Dengan beberapa keuntungan tersebut diharapkan pertumbuhan ekonomi di beberapa tempat terpencil di Indonesia akan meningkat. Di Kenya, hasil penelitian dari CGAP menunjukkan bahwa pendapatan penduduk Kenya meningkat 3 - 5 % setelah mendapatkan layanan M-Pesa. Oleh karena itu, mobile-money yang mampu menyentuh masyarakat miskin secara meluas perlu didorong keberadaannya di Indonesia.

Beberapa perusahaan telekomunikasi di Indonesia telah mengembangkan teknologi mobile money seperti PT Telkom dengan Delima. Namun, hingga saat ini masih belum menjangkau masyarakat-masyarakat terpencil di Indonesia, seperti halnya di Kenya. Padahal secara karakteristik banyak kesamaan, misalnya adalah masih banyaknya penduduk di Indonesia yang bekerja di sektor pertanian, serta masih banyaknya daerah-daerah yang belum dapat didirikan kantor cabang bank. Bahkan, persentase penduduk yang menggunakan telepon genggam di Indonesia termasuk tinggi, yakni 90%—lebih tinggi dibandingkan dengan Kenya yang hanya 70%.

Salah satu kunci sukses M-Pesa adalah keberhasilan Safaricom perusahaan yang mengusung produk M-Pesa membuka jaringan dan membina jaringan agen M-Pesa hingga mencapai 19.000 agen dalam waktu yang tidak terlalu lama. Agen-agen mobile-money seperti itu memang seperti layaknya “penjual pulsa” tapi harus memiliki keahlian plus, yakni mampu melakukan manajemen cash flow karena melayani juga penarikan dana dari pelanggan.

PNPM Mandiri Perkotaan, saat ini tengah merintis adanya dukungan mobile-money atau e-money untuk program Pinjaman Dana Bergulir (PDB). Saat ini, hampir seluruh penduduk Indonesia memiliki HP tidak terkecuali yang miskin. Teknologi mobil-money pun sudah banyak dikembangkan di tanah air. Oleh karena itu, keberadaan mobile-money pada PNPM Mandiri Perkotaan tidak akan menjadi hal yang sulit. [KMP-1]

Oleh:
Iwan Rudi Saktiawan, S.Si, M.Ag.  
Tenaga Ahli Keuangan Mikro 
KMP Wilayah I
PNPM Mandiri Perkotaan

Editor: Nina Firstavina 

No comments:

Post a Comment