20 July 2014

Panasnya Pilpres Berlanjut ke Penyelenggara Quick Count

Pada Hari Rabu tanggal 9 Juli 2014, telah dilaksanakan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014. Panasnya Pilpres tersebut berlanjut ke persaingan penyelenggara quick count yang saling klaim bahwa mereka adalah lembaga yang kredibel. Mana lembaga-lembaga yang kredibel? Hasilnya bisa diketahui dari Hasil Penghitungan Resmi Suara Pilpres 22 Juli 2014 oleh KPU. 
Berikut ini, merupakan berita mengenai panasnya lembaga penyelenggara quick count Pilpres 2014 :



<<<<<<<




JSI dan Puskaptis Dikeluarkan dari Persepi
Gito Yudha Pratomo - detikNews


Jakarta - Perhimpunan Lembaga Survei dan Opini Publik (Persepi) telah selesai menggelar audit ke semua lembaga penyelenggara quick count Pilpres 2014 yang ada di bawah naungannya. Persepi mengeluarkan dua anggotanya yang tak mau diaudit, yaitu JSI dan Puskaptis.
Ketua Dewan Etik Persepi Hari Wijayanto menggelar jumpa pers di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Rabu (16/7/2014). Jumpa pers ini digelar setelah Persepi melakukan audit selama dua hari, 15 dan 16 Juli 2014.
Ada 5 penyelenggara quick count yang diaudit, yaitu CSIS-Cyrus, SMRC-LSI, Indikator Politik Indonesia, Populi Center, dan Pol-Tracking. Selain ke-5 lembaga, seharusnya ada dua anggota Persepi lain yang diaudit, yaitu JSI dan Puskaptis, namun keduanya menolak hadir.
"Dari peserta yang ditunjuk untuk diaudit, dua tidak datang, JSI dan Puskaptis," kata Hari.
Hari mengatakan JSI sempat mendatangi lokasi audit. Namun bukan untuk diaudit, melainkan menyerahkan surat pengunduran diri.
"JSI sempat datang memberikan surat pengunduran diri. Menurut JSI, mereka tidak ingin terlalu jauh masuk polemik perbedaan ini," ujar Hari.
Sedangkan Puskaptis, yang juga menolak untuk hadir, telah menyampaikan pernyataan ke Persepi. Pernyataan Puskaptis yaitu meminta audit setelah KPU mengumumkan hasil, audit dilakukan secara independen dan intervensi, meminta semua lembaga duduk bersama, dan yang salah dibubarkan.
"Dewan etik Persepi menanggapi hal tersebut. Pertama, proses audit tidak harus menunggu KPU. Kedua, Dewan Etik telah membentuk lembaga independen. Ketiga, Persepi hanya mengaudit, tidak bisa membubarkan," papar Hari.
Menurut Hari, ketidakhadiran dua lembaga tersebut menunjukkan tak ada iktikad baik untuk mempertanggungjawabkan hasil quick count. Padahal, masih menurut Hari, hasil quick count dua lembaga itu menimbulkan kontroversi.
"Terakhir, Dewan Etik Persepi memutuskan JSI dan Puskaptis dikeluarkan dari keanggotaan Persepi," pungkasnya.





>>>>>>>




Pakar Matematika: SMRC dan LSI Memanipulasi Data Quick Count
Apa yang dilakukan lembaga survei itu menyalahi kaidah ilmu statistik.
Aries Setiawan, Santi Dewi

VIVAnews - Pakar matematika dan Teknologi Informasi (TI), Tras Rustamaji menduga dua lembaga survei yakni Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) telah memanipulasi data hasil hitung cepat Pilpres 2014.
Kesimpulan itu dia peroleh setelah mengamati adanya kejanggalan dalam peningkatan suara capres-cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla saat hitung cepat 9 Juli lalu.
Hal ini diungkapkan Tras saat memaparkan hasil temuannya itu di Hotel Kartika Chandra, Jakarta Selatan, Rabu 16 Juli 2014. Tras berpendapat kejanggalan itu dimulai tak lama sebelum kubu Jokowi-JK mengumumkan kemenangan mereka.
"Saat perhitungan awal hitung cepat SMRC-LSI pukul 11.30 WIB sampai dengan 13.05 terlihat wajar dengan posisi perolehan suara Prabowo-Hatta 52,94%, sementara kubu Jokowi-JK: 47,06%. Data yang masuk saat itu sebanyak 13,78%. Namun, tiba-tiba hasil itu berbanding 180 derajat hanya dalam waktu 14 menit saja," ujar Tras.
Posisi Prabowo-Hatta menjadi terbalik dan seolah-olah seperti disulap. Pasangan Jokowi-JK, lanjut Tras, mengalami kenaikan yang pesat sebesar 5,64% menjadi 52,7%.
"Sementara, suara Prabowo-Hatta turun drastis sebesar 5,64% menjadi 47,3%. Padahal data baru yang masuk hanya bertambah 3,87%," kata dia.
Di mata lulusan Universitas Manchester jurusan Optoelectronics itu, hal tersebut secara matematis bisa saja terjadi. Namun, lanjut dia, secara praktik tidak mungkin.
"Karena untuk menghasilkan perubahan drastis tersebut dibutuhkan suara baru per TPS rata-rata minimal 73% untuk kubu Jokowi. Hal tersebut sangat tidak mungkin bila didapatkan jika menggunakan pemasukan data secara random," ujar dia.
Oleh sebab itu, di mata pria yang pernah mewakili Indonesia di ajang Olimpiade Matematika tahun 1989 yang digelar di Jerman itu, apa yang dilakukan dua lembaga survei itu jelas telah menyalahi kaidah dalam ilmu statistik yang merupakan bagian dari ilmu matematika.
"Maka saya simpulkan telah terjadi manipulasi hasil hitung cepat Pilpres 2014 oleh SMRC-LSI," tegas dia.
Dugaan kecurangan lainnya dari kedua lembaga survei itu juga ditemukan oleh tim relawan Djoko Santoso Center 328. 
Dalam siaran pers yang diterima VIVAnews pada hari ini, mereka memiliki rekaman data real time kurva suara yang ditampilkan dalam situs http://www.komunigrafik.com/pilpres2014/stabilitas.php.
Di dalam tautan itu, termuat rekaman cuitan dari akun pemilik lembaga survei SMRC, Saiful Mujani, @saifulmujani yang menyebut hasil hitung cepat SMRC, rekaman siaran televisi yang menyajikan perkembangan hasil perolehan suara hitung cepat beberapa lembaga survei dan bukti lainnya.
Tim memaparkan, ada strategi pengalihan dalam menyulap data hitung cepat ketika ditayang di salah satu stasiun televisi.
"Pada pukul 13.05 WIB, stasiun televisi menayangkan iklan dan kemudian dilanjutkan dengan menampilkan artis yang menyanyi. Artis itu menyanyi selama 14 menit. Ketika tayangan hasil hitung cepat kembali pada pukul 13.19 WIB, yang muncul adalah hasil hitung cepat yang telah disulap SMRC-LSI," papar tim Djoko Santoso.
Hasil hitung cepat serupa, lanjut mereka, juga diikuti oleh beberapa lembaga survei lainnya seperti CYRUS/CSIS, Kompas, Indikator dan RRI. (adi)

© VIVA.co.id




No comments:

Post a Comment