03 May 2013

BBM Langka

Delapan puluh persen subsidi BBM tidak tepat sasaran.
Jika BBM naik sebenarnya tidak masalah, asalkan bisa memindahkan atau mengalihkan subsidi tersebut dari kalangan atas ke rakyat bawah. Dari mobil-mobil mewah ke angkutan umum. Dari mal ke pasar tradisional. Dari apartemen ke gubuk di hutan dan perbatasan.
Pengalihan alokasi yang paling penting adalah yang menyentuh rakyat secara langsung, seperti infrastruktur desa. Insentif untuk rakyat kecil.
Kebutuhan BBM saat ini 1,4 juta barel per day. Kebutuhan kita besar, namun anehnya kita mengekspor sekaligus mengimpor minyak. Aneh bukan, di satu sisi Indonesia mengekspor minyak, namun di saat yang bersamaan juga mengimpor minyak.
Salah satu solusi adalah diversifikasi minyak ke gas dan bio etanol. Percepat pembangunan infrastruktur, lindungi produksi tebu dan singkong.

Masalah yang penulis rasakan saat ini adalah sulitnya mendapatkan BBM di pasaran, padahal pemerintah dan DPR masih membicarakan kenaikan BBM. Jangan sampai harga BBM naik, tapi rakyat  kesulitan mendapatkan BBM.
Tugas kepolisian adalah menjaga stabilitas keamanan dan mengawasi penyimpangan distribusi BBM.

1 comment:

  1. "Harga BBM Naik ?. No...".

    Pemberitaan media massa mengenai “kenaikan” harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terus beredar. Rencana pemerintahan “menaikan” harga BBM lalu menuai pro dan kontra yang seru.

    Namun benarkah harga BBM akan naik?.
    Mari sama2 berpikir sebentar.

    Harga BBM di non-subsidi saat ini: +/- Rp. 10.000 per liter.
    Inilah harga BBM dunia yang "real", yang sesungguhnya. Yaitu biaya produksi BBM, ditambah sedikit keuntungan.
    Sedang harga BBM bersubsidi saat ini di SPBU2 dijual Rp. 4.500 per liter.
    Yang mana berarti pemerintah MEMBAYARI kita: Rp 10 ribu - Rp 4.500 = Rp 5.500 untuk tiap liter yang kita beli.

    Yang artinya: NEGARA membantu kita senilai tersebut untuk berapapun liter BBM yang kita beli.

    Saat ini pemerintah berwacana akan “menaikan” BBM menjadi Rp. 6.500.
    Maka atas rencana itu, sesungguhnya sebenarnya tidak ada kenaikan harga BBM.

    Yang terjadi lalu apa ?.
    Yang terjadi adalah: PENGURANGAN SUBSIDI.

    Karena jika harga BBM di jual menjadi Rp 11 ribu, baru hal ini disebut kenaikan harga...

    Berapakah dana negara yang dihabiskan untuk "mbayari" kita membeli BBM.?

    Mari kita berasumsi pemakaian BBM per orang sebanyak 1 liter/hari.
    Maka dalam setahun negara memberi kita uang Rp 5.500×30 hari x12 bulan =Rp. 1.980.000 per tahun.

    Lalu berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk indonesia: +/- 237 juta orang.

    Kita asumsikan yang menggunakan BBM bersubsidi (membeli di SPBU2) adalah 200 juta orang saja.
    Maka dana negara yang kita terima sebagai bantuan pembelian BBM ini adalah: Rp 1.980.000 x 200.000.000 orang =
    Rp 396 (tiga ratus sembilan puluh enam) triliun.!!. Per tahun.

    Note: Untuk subsidi BBM tahun ini pemerintah menganggarkan: Rp 193,8 triliun saja.
    Diluar subsidi2 lainnya (pupuk, dll).

    Kesimpulan: Negara ini akan ambruk dengan cepatnya jika pemerintah tidak melakukan pengurangan subsidi (bukan menaikkan harga) BBM.

    Maka jika kita betul2 mencintai negara ini, sudah waktu nya kita rela & berbesar hari untuk mau melepaskan diri dari subsidi penuh kemanjaan & "kenikmatan semu" dana hutang luar negeri yang digunakan membayari kita membeli BBM itu.

    Ekonomi yang semu. Ekonomi yang seolah2 baik2 tapi sesungguhnya keropos karena kanker ganas "subsidi" di badan negara ini.
    Untuk jadi renungan & membuka alternatif cara pandang yang agak berbeda...
    Barakallah.

    @dewopakde
    Penggiat usaha energi

    ReplyDelete